Monday, May 21, 2018

Legenda Tambaksari, Kejawang, Sruweng








Asal-usul Dukuh Tambaksari, Kejawang, Sruweng, Kebumen
Karya  : Inas Ghojanah 

Mbiyen ana kerajaan Mataram Islam dipimpin nang Mas Jolang (1601-1613) sing gelare Sultan Anyakrawati. Sawise dipimpin nang Mas Jolang diterusaken nang Mas Rangsang sing gelare Sultan Agung (1613-1645 M). Ceritane mbiyen kerajaan kiye wis tau jaya ngasik Jawa Barat karo Jawa Timur mlebu ring wilayah kekuasaane. Jawa Tengah didadikna wilayah nggo nyebaraken agama Islam.

Sultan Agung prentah meng aring punggawa kerajaan : Bondan Kejawan, Yai Sekar Arum, Syeh Albashari, karo punggawa liyane dadi ana pitu punggawa sing nyebaraken agama Islam nang daerah Kebumian sing siki luwih dikenal karo sebutan Kebumen. Agi mengembara, Sultan Agung kue singgah nang bukit sing lumayan duwur nggone karo nggon liyane. Seteruse bukit kue didadikan nggon ngaso aring Sultan Agung karo kanca-kanca punggawa liyane. 

Sultan Agung nek lagi nyiaraken agama Islam mesti wanti-wanti karo nei wasiat ngajak kabeh warga mlaku nang dalan sing bener. Men uripe tentrem, kabeh kudu bisa bendung hawa nafsu Insya-Allah bakal ulih ridho sekang Gusti Allah Swt. Seurunge lunga kan nggon mau, Sultan Agung ngumpulaken kabeh warga karo ngenei jeneng nggon kue sing dijenengi Tambaksari. Tambaksari due arti karo tujuan men manungsa isa ngendalikena hawa nafsu. Sawise dirasa cukup, Sultan Agung bali meng Kota Gede terus dipindah meng aring Plered. 

Guru Tercinta




Guru Tercinta
Karya : Aisha Ratri Salsabila

Sapa hangat penuh senyum semangat
Kau tebarkan ilmu yang bermanfaat
Demi anak didik kau berikan nasihat
Jasa mulia goncangkan akhirat

Nyanyian mentari terangi alam
Terangi mimpi yang kian temaram
Masa depan bangsa telah kau perjuangkan
Wakafkan waktumu demi masa depan

Terima kasih aku ucapkan
Syair sederhana yang ku lantunkan
Untuk jasa besarmu yang tak terlupakan
Mengalun indah dalam lubuk sanubari terdalam

Balasan Surat Cinta





Kabar baik. Bagaimana denganmu? Semoga Alloh juga senantiasa memberimu kesehatan. Sebelum kamu cerita ini padaku, aku juga dah tau tentang musibah yg sedang kamu alami. Ya, Nur Khamidah yg cerita ke aku pas aku main ke rumahnya. Katanya kamu kehilangan laptop. Dan aku jg dengar kbr itu dari Reza. Aku turut prihatin ya, yg sabar saja. Aku ikut berdoa untukmu, semoga laptopnya segera kembali bagaimanapun caranya. Tega banget ya pelakunya. Ya Alloh, sungguh aku tak bisa membayangkan jika aku berada di posisi kamu. Aku tau pasti di dalam laptop itu tersimpan data-data penting, terutama skripsimu. Dan otomatis kamu harus menulis ulang skripsimu, bukan begitu? Aku aja yg kehilangan flashdisk rasanya eman-eman banget sama data yg hilang. Cinta? Apakah tentang persoalan rasa? Ya tentu persoalan rasa. Tapi juga persoalan waktu dan juga kebiasaan. “Tresno jalaran soko kulino”. Tapi entah kenapa aku sampai saat ini pun belum bisa membalas rasa itu. Karena apa? Karena banyak hal. Yang aku sayangkan darimu, kenapa kamu memilih pergi.

Apakah Cinta Serumit Ini?





Apakah cinta serumit ini?
Karya  : Beni Purna I, S. Pd.

Lama tak ada perbincangan di antara aku dan dia. Apa kabarnya dia sekarang? Semoga Allah Swt. senantiasa memberikan nikmat kesehatan untuk dia beserta keluarganya. Maafkan aku karena belum sempat mengirimkan cerita-cerita untuknya lagi. Aku masih ingat sekali pinta dia yang ingin membaca-baca ceritaku. Namun sayang, semuanya telah memudar bak goresan tinta yang mulai luntur. Meninggalkan bekas lara. Jadi aku akan tetap berusaha memberikannya ini. Potongan hidupku setelah kamu meninggalkanku dan memutuskan untuk hilang. Dia tak pernah tahu apa yang terjadi padaku setelah itu.

“Apakah cinta hanya persoalan rasa?”
“lantas jika rasa itu memudar apakah cinta juga ikut sirna?” pertanyaanku waktu itu.
Entah kenapa pertanyaan itu masih bercokol kuat dalam hatiku sampai saat ini. “Mungkin memang benar cinta hanya persoalan rasa” gumamku ditengah kesedihan dan keputus asaan. Aku tak perlu sok kuat. Memang kenyataannya aku seperti ini. Aku sering mendapati diriku menangis. Bagiku, menagis itu dapat mencairkan suasana hati. Jadi sampai kapan pun aku akan tetap dapat menangis. Entah kenapa di saat aku benar-benar ingin melupakannya. Tuhan memberikanku sebuah jawaban? Kalian tahu apa itu?

Perasaanku mengalir, memaksaku untuk menarikan pena yang telah lama mati. Hari itu Selasa, 28 April 2015 ku dapati diriku menangis bahkan amat sering sampai teman kosku berkata, “Kasian mas Ben”. Aku tak bisa tidur semalaman, makan pun juga aku indahkan. Parahnya lagi kejadian itu membuat aku down. Aku fakum kurang lebih selama dua minggu menanggalkan skripsi. Ujian ini terlalu besar ya Allah. Aku serasa tulang-tulangku dilolosi semua dari tubuhku. Lemas. Aku sangat membutuhkannya.

Sosok dia yang selama ini hilang bersama pekatnya malam. Namun, aku sadar aku bukanlah orang yang baik untuknya. Aku tak mungkin kembali karena aku menghargai keputusannya. Aku merasa kalau di antara kita berdua bisa saling melengkapi, mendukung, mensuport, dan merasa lebih hebat dibandingkan dengan apapun. Memang sih tak dipungkiri, melakukan sendiri pun juga bisa tapi nanti hasilnya akan berbeda jika dilakukan berdua. Jadi aku memutuskan untuk memohon kepada Allah Swt. berdoa, solat, yasinan, mengadu keluh kesah, dan memohon supaya netbook ku dapat dikembalikan. Aku berikhtiar mencoba mencari netbookku yang hilang. Alhamdulliah banyak sekali teman yang membantuku. 

Sunday, May 20, 2018

Kekerasan dalam Rumah Tangga




Kekerasan dalam rumah tangga
Karya  : Dibta Rosanto

          Sering kali hal-hal yang dianggap sepele justru dapat menjadi sebuah kesalahan yang besar. Berawal dari perbedaan pendapat atau perselisihan yang sering kali terjadi dapat menyebabkan terganggunya keharmonisan rumah tangga. Bahkan, hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya tindak kekerasan fisik yang terjadi di dalam lingkungan keluarga.
          Kekerasan fisik adalah kekerasan yang dapat terlihat pada tubuh manusia. Kekerasan fisik dapat berasal dari perkelahian, memukul, menampar, dan menyakiti anggota tubuh yang lainnya. Biasanya kekerasan fisik sering terjadi pada kehidupan sehari-hari karena emosi yang berlebihan. Selain itu, kekerasan juga dapat terjadi karena kelelahan sehingga mudah terpancing emosi. Sebagai contoh istri yang minta uang untuk keperluan sehari-hari, tetapi suami tidak memberikannya karena pendapatannya kurang. Hal itu dapat menimbulkan suami menjadi emosi dan temperamental. Hal ini dapat sangat berbahaya jika seseorang yang temperamental sampai melakukan kekerasan fisik.
          Adapun kekerasan yang terjadi tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga bersifat psikis. Kekerasan ini sifatnya kejiwaan atau hati seseorang yang disebabkan oleh kekerasan yang menimbulkan trauma sehingga kejiwaannya terganggu. Dewasa ini ada salah satu korban kekerasan yang berupa pelecehan seksual. Hal tersebut akan selalu teringat sehingga menimbulkan rasa ketakutan terhadap diri korban. Selain itu kekerasan psikis juga dapat terjadi pada seseorang yang dirinya pernah jadi korban asusila oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal itu menyebabkan korban menjadi pendiam, menyendiri, dan takut pada dunia luar.
          Kekerasan sering terjadi di dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Yang menjadi korban yakni anak-anak, istri, pembantu, dan pelajar. Akhir-akhir ini sering kita jumpai kasus mutilasi, pemerkosaan, dan pembunuhan. Dalam lingkungan pelajar biasanya terjadi pelecehan seksual, tawuran, perkelahian, dan pembunuhan. Dalam lingkungan masyarakat kekerasan sering diakibatkan oleh persoalan cinta. Rasa ingin memiliki yang berlebihan, tetapi tidak terwujud maka akan menimbulkan rasa benci yang bermuara pada pemerkosaan dan pembunuhan.

Analisis Nilai Moral


ANALISIS NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL
DI BAWAH LANGIT JAKARTA KARYA GUNTUR ALAM
DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA
DI KELAS XII SMA


Oleh Beni Purna Indarta
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Purworejo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) struktur novel Di Bawah Langit Jakarta, (2) wujud nilai moral tokoh utama dalam novel Di Bawah Langit Jakarta, dan (3) skenario pembelajaran novel Di Bawah Langit Jakarta karya Guntur Alam. Fokus penelitian ini adalah struktur dan nilai moral tokoh utama novel Di Bawah Langit Jakarta karya Guntur Alam serta skenario pembelajarannya di kelas XII SMA. Data dalam penelitian ini adalah kutipan yang berupa kata, kalimat, paragraf, narasi, dan percakapan dalam novel Di Bawah Langit Jakarta karya Guntur Alam. Sumber data adalah novel Di Bawah Langit Jakarta karya Guntur Alam. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi. Instrumen penelitian adalah penulis sendiri selaku peneliti dibantu dengan kartu pencatat data. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis isi. Dalam penyajian hasil analisis digunakan teknik informal. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa (1) Struktur novel terdiri dari tema mayor yang berisi perjuangan mewujudkan cita-cita, sedangkan tema minornya berupa kehidupan sosial di Jakarta, pendidikan, kekeluargaan, persahabatan, cinta, dan masa depan; tokoh utama dalam novel ini yaitu Sugiharto. Penokohan dalam novel ini digambarkan secara analitik yakni pengarang memberikan gambaran sikap dan ciri fisik tokohnya secara eksplisit, sedangkan secara dramatik, pengarang melukiskan gambaran tokoh melalui teknik tingkah laku, pikiran dan perasaan, cakapan tokoh, dan reaksi tokoh; alur yang terdapat dalam novel ini menggunakan alur maju atau progresif dilengkapi dengan tahapan-tahapan alur dan disertai pula dengan unsur kemenarikan alur sehingga membuat novel mempunyai daya pikat terhadap pembacanya; latar yang disajikan dalam novel ini terdiri dari latar tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat di Jakarta, ruang kelas, masjid, rumah Paman Sukir, ruang tamu, dan kamar Lilik; latar waktu pada tahun 1967, siang hari, pukul 13.45 WIB, malam hari, dan pukul 12.30 WIB; latar sosial berupa kemiskinan, penjual bubur kacang hijau, dan keluarga yang mengamalkan ajaran Islam; sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang aku; amanat dalam novel adalah untuk dapat mencapai cita-cita diperlukan usaha keras dan rajin belajar; (2) Nilai moral tokoh utama terdiri dari moral terhadap Allah Swt., moral terhadap diri sendiri, moral terhadap sesama manusia, dan alam sekitar; (3) skenario pembelajaran novel Di Bawah Langit Jakarta dengan langkah-langkah pembelajaran yang meliputi pendahuluan, inti (mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan), dan penutup.

Bukankah Indonesia Sudah Merdeka?





Bukankah Indonesia sudah merdeka?
Karya  : Beni Purna I, S. Pd.

Dalam kegamangan yang terus bergulir
Ku biarkan jiwa ini ikut mengalir
Bersama aliran darah dan detak jantung
Bersama asa yang masih kian menggantung

Aku melihat kematian kemanusiaan
Mendengar saudaraku menjerit kesakitan
Bahkan mereka ada yang tak mengenyam pendidikan
Mereka hanya ingin satu yakni kesejahteraan

Bukankah Indonesia sudah merdeka?
Kalau masih seperti ini sia-sia saja perjuangan mereka
Bukan seperti ini kita menghargai jasa para pahlawan
Namun dengan berusaha keras mengharumkan Indonesia

Wahai Pemimpin-pemimpin kami
Hari ini, 9 April 2014 aku memilihmu
Semoga kau jangan ingkar janji
Selalu berbakti untuk Indonesia lebih baik

Saturday, May 19, 2018

Rintihan Anak Bangsa




Rintihan Anak Bangsa
Karya : Beni Purna I, S. Pd.

Dalam kegamangan yang terus bergulir
Ku biarkan jiwa ini ikut mengalir
Bersama aliran darah dan detak jantung
Bersama rintihan anak bangsa yang kian menggantung

Dalam riuh gemuruh suasana batinku
Aku melihat kematian kemanusiaan
Melihat manusia berpolah layaknya setan
Apa itu tidak lugas dan menyakitkan?

Mereka mengeksploitasi anak di jalanan
Menyakiti anak tanpa belas kasihan
Bukankah anak adalah titipan yang harus dijaga
Tapi mengapa masih ada manusia yang tega berbuat seperti itu?

Aku melihat di jalanan
Anak-anak sedang kelaparan
Menengadahkan tangan pada orang yang berlalu lalang
Berharap akan ada orang yang memberinya uang

Aku mendengar suara rintihan anak-anak di sana
Terdengar lagi suara rintihan anak-anak di sini
Rintihan …oh rintihan
Tak henti-hentinya menggoreskan luka

Akan lebih baik jika aku menangis tanpa suara
Melihat mereka penuh lara
Hati ini semakin menangis
Melihat mereka selalu menangis