Sunday, May 20, 2018

Kekerasan dalam Rumah Tangga




Kekerasan dalam rumah tangga
Karya  : Dibta Rosanto

          Sering kali hal-hal yang dianggap sepele justru dapat menjadi sebuah kesalahan yang besar. Berawal dari perbedaan pendapat atau perselisihan yang sering kali terjadi dapat menyebabkan terganggunya keharmonisan rumah tangga. Bahkan, hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya tindak kekerasan fisik yang terjadi di dalam lingkungan keluarga.
          Kekerasan fisik adalah kekerasan yang dapat terlihat pada tubuh manusia. Kekerasan fisik dapat berasal dari perkelahian, memukul, menampar, dan menyakiti anggota tubuh yang lainnya. Biasanya kekerasan fisik sering terjadi pada kehidupan sehari-hari karena emosi yang berlebihan. Selain itu, kekerasan juga dapat terjadi karena kelelahan sehingga mudah terpancing emosi. Sebagai contoh istri yang minta uang untuk keperluan sehari-hari, tetapi suami tidak memberikannya karena pendapatannya kurang. Hal itu dapat menimbulkan suami menjadi emosi dan temperamental. Hal ini dapat sangat berbahaya jika seseorang yang temperamental sampai melakukan kekerasan fisik.
          Adapun kekerasan yang terjadi tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga bersifat psikis. Kekerasan ini sifatnya kejiwaan atau hati seseorang yang disebabkan oleh kekerasan yang menimbulkan trauma sehingga kejiwaannya terganggu. Dewasa ini ada salah satu korban kekerasan yang berupa pelecehan seksual. Hal tersebut akan selalu teringat sehingga menimbulkan rasa ketakutan terhadap diri korban. Selain itu kekerasan psikis juga dapat terjadi pada seseorang yang dirinya pernah jadi korban asusila oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal itu menyebabkan korban menjadi pendiam, menyendiri, dan takut pada dunia luar.
          Kekerasan sering terjadi di dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Yang menjadi korban yakni anak-anak, istri, pembantu, dan pelajar. Akhir-akhir ini sering kita jumpai kasus mutilasi, pemerkosaan, dan pembunuhan. Dalam lingkungan pelajar biasanya terjadi pelecehan seksual, tawuran, perkelahian, dan pembunuhan. Dalam lingkungan masyarakat kekerasan sering diakibatkan oleh persoalan cinta. Rasa ingin memiliki yang berlebihan, tetapi tidak terwujud maka akan menimbulkan rasa benci yang bermuara pada pemerkosaan dan pembunuhan.

          Akhir-akhir banyak kita jumpai kekerasan yang terjadi pada wanita dan anak. Kekerasan ini meningkat dari tahun 2012 sampai dengan 2015. Namun, hal ini terjadi karena rendahnya sumber daya manusia yang tidak dibekali oleh ilmu agama dan keimanan yang baik.
          Iman yang baik pasti akan menghasilkan perilaku yang baik pula. Namun, pada zaman sekarang banyak manusia yang perilakunya menyimpang. Sebagai contoh orang yang sudah tahu agama, tetapi selalu membuat kerusuhan dan membuat situasi yang menimbulkan kekerasan yang disebabkan oleh egonya sendiri. Mereka tidak pernah introspeksi diri dan tidak mau kembali ke jalan yang lurus. Jadi, ketika kita ingin terhindar dari kekerasan atau kesalahan maka kita harus mengendalikan diri dan berusaha meningkatkan kualitas iman kita dengan cara mendalami ilmu agama.
          Kekerasan yang marak terjadi pada wanita adalah kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga biasanya disebabkan oleh faktor agama, ekonomi, sosial, dan budaya. Yang lainnya berupa persoalan cinta atau faktor ketidaknyamanan lagi dengan pasangannya. Sebagai contoh di Dukuh Prambanan Era Desa Sekarteja Kecamatan Adimulyo, ditemukan kasus telah terjadi KDRT yang dipicu oleh faktor ekonomi. Sebuah keluarga yang hidup sederhana, tetapi selalu boros dalam keuangan. Sang suami hanya bekerja sebagai serabutan dan produsen pagar bambu serta batu bata. Satu minggunya hanya mendapatkan penghasilan sebesar Rp. 2000.000,- , sedangkan istrinya bekerja di sawah dan pembantu. Penghasilan istrinya hanya Rp. 750.000,-.
Jerih payah mereka untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan empat anaknya. Namun, sifat ayahnya yang boros, sering menghabiskan banyak uang untuk berjudi sehingga menimbulkan pengeluaran yang besar daripada pemasukannya. Hal tersebut membuat sang ayah frustasi yang mengakibatkan hutang banyak, anak sakit-sakitan, dan harta benda raib. Istrinya memberika solusi agar suaminya berhenti dari judu. Namun, naas nasihat dari istri menjadi mala petaka karena sang suami marah dinasihati istrinya. Sang suami mengambil kayu dan memukulkannya kepada istri. Istri pun jatuh tersungkur. Kejadian ini selalu diingat di Dukuh Prambanan Era.
Dari kasus di atas sebenarnya masih banyak lagi kasus-kasus yang serupa. Mari kita merenungkan sejenak mengapa tindak kekerasan dalam keluarga bisa terjadi? Semua ini karena adanya sifat keegoisan dan tidak memandang jika kita saling membutuhkan satu sama lain. Pada anak-anak kerap terjadi kekerasan yang berupa bekerja di bawah umur. Faktor ekonomi membuat anak harus putus sekolah dan orang tua yang tega menelantarkan anak.
Dari hadits Rosulullah SAW bersabda seseorang telah cukup dikatakan berbuat dosa bilamana menelantarkan orang-orang yang menjadi tanggungannya. Dari pernyataan tersebut, anak adalah tanggung jawab orang tua dan titipan Allah Swt. yang harus kita jaga. Sudah jelas dalam hadits tersebut bahwa menelantarkan anak sudah dianggap berbuat dosa. Bahkan, tidak menafkahi anak juga tidak boleh. Oleh karena itu, keluarga selalu bertanggung jawab atas segalanya. Untuk kondisi di masa depan yang lebih baik, keluarga harus diberi tanggung jawab untuk mendidik sikap yang baik kepada anak.
Pada rumah tangga sering terjadi percekcokan atau perdebatan. Pada hakikatnya, setiap saat pasti selalu ada masalah. Yang bermula dari masalah sepele sampai dengan masalah yang besar. Seperti itulah kehidupan rumah tangga pasti akan diuji oleh badai masalah. Kebanyakan orang dalam menghadapi masalah justru membuat ia frustasi. Orang akan mudah untuk melakukan tindak kekerasan.
Apakah setiap ada masalah selalu mengandung hikmah? Ya tentu karena masalah yang menimpa setiap orang ternyata ada tujuannya yakni untuk meningkatkan derajat kita di mata Sang Pencipta, untuk melatih kita selalu sabar. Dalam Alquran dijelaskan bahwa Allah Swt. mencintai orang-orang yang sabar. Dari dalil tersebut, situasi apapun kita harus selalu sabar menghadapinya. Maka Allah Swt. akan mencintai setiap hamba-Nya yang sabar.
Sikap seperti di atas harus dimiliki oleh setiap keluarga agar tercipta keluarga yang harmonis. Dalam keluarga terdapat ayah, ibu, dan anak-anak. Kepala keluarga mempunyai peran andil yang sangat besar. Kepala keluarga harus menyejahterakan keluarganya, bekerja keras, dan pengambil keputusan. Tugas ibu mempunyai peran yang sangat besar pula karena harus mengurus rumah tangganya, memberikan kasih sayang pada semua.
Dalam hadits disebutkan bahwa Rosullah SAW ditanya tentang kasih sayang orang tua. Beliau menjawab “Ibu, Ibu, Ibu.” Rosulullah mengucapkan ibu sebanyak 3 kali, setelah itu baru ayah. Hal ini berarti kasih sayang ibu terhadap anaknya sepanjang masa, sedangkan ayah kasih sayangnya hanya sepanjang galah. Ibu rumah tangga tidak hanya memasak, mengerjakan tugas rumah tangga, tetapi mengatur keuangan dan mepunyai andil besar dalam menyelesaikan masalah. Anggota keluarga mempunyai peran untuk mengajukan pendapat dan harus menaati peraturan yang ada.
Dalam keluarga, kepala keluarga harus berdasarkan hadits rosul dan Alquran, berdasarkan pendapat bersama. Kepala keluarga tidak boleh semena-mena dalam menyelenggarakan kehidupan rumah tangga. Tidak boleh mengedepankan ego dan kepentingan sendiri, tetapi harus berdasarkan azaz kekeluargaan. Kebanyakan keluarga yang hidup dalam keegoisan banyak mengalami keretakan rumah tangga.
Dari segi pengamatan kepala keluarga lebih mengedepankan hawa nafsu dan ibu rumah tangga dibutakan oleh harta. Tidak hanya itu, keretakan rumah tangga akibat faktor keegoisan dalam mengambil keputusan. Berikut ini cara-cara dalam menyelesaikan masalah :
1.     Selalu mengedepankan musyawarah mufakat
2.     Dasar-dasar keluarga harus berdasarkan Alquran dan Hadits
3.     Juahkan anak di bawah umur untuk menghindari kekerasan
4.     Tidak boleh mengedepankan emosi
5.     Lebih baik jika menghadapi masalah saling terbuka diri
6.     Penguatan iman dan taqwa
7.     Selalu sabar dan mengedepankan keluarga
 Semua masalah kekerasan bisa diatasi dengan kekeluargaan, tidak emosi, selalu sabar, dan meningkatkan iman dan taqwa. Jika kekerasan pada wanita dan anak terdapat penyelesaiannya yaitu dengan dibekali latihan seni bela diri atau pencak silat guna dapat melindungi diri sendiri. Selain itu, badan perlindungan wanita dan anak harus ditingkatkan dan ditegakkan selayaknya hukum yang harus dijunjung tinggi. Selalu adakan sosialisasi tentang masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Badan perlindungan wanita dan anak seharusnya aktif di lingkungan masyarakat dan dapat setiap desa atau kelurahan ada cabang badan perlindungan wanita dan anak. Organisasi lain juga turut andil dalam membentuk karakter keluarga. Dalam masyarakat ada organisasi seperti Ibu PKK dan Karang Taruna yang dapat menaungi dan menyelesaikan masalah yang ada di lingkungan masyarakat.
Dalam sekolah juga harus ditanamkan pendidikan karakter supaya anak mempunyai perilaku yang baik kepada orang tua. Untuk mengembangkan karakter setiap anak dapat disalurkan lewat organisasi sekolah seperti Osis, IPM, Pramuka, dan PMR. Dalam bidang keagamaan selalu introspeksi diri, ikut aktif dalam bidang keagamaan yang diselenggarakan oleh sekolah atau masyarakat. Anak juga diharapkan dapat memiliki karakter yang bertanggung jawab, jujur, disiplin, dan dapat menjadi sosok pribadi yang lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas, kesulitan faktor ekonomi dengan cara menghargai usaha pasangannya dan mensyukuri rezeki yang telah didapat bersama. Pekerjaan apa pun yang dikerjakan atau barang yang dihasilkan harus mengutamakan kehalalan. Jika barang yang dihasilkan haram dapat mempengaruhi gen seseorang untuk melakukan kejahatan, tidak hanya iman, taqwa, kesabaran, tanggung jawab, tetapi juga makanan yang kita makan berpengaruh dalam kehidupan.
Dari wacana di atas, keluarga harus mempunyai sifat sabar, tanggung jawab, lebih baik dengan usaha sendiri, cari pekerjaan halal, dan optismistis dalam menghadapi masalah. Mengingat pentingnya keluarga adalah simbol kebersamaan, tanggung jawab, simbol musyawarah, dan simbol disiplin, maka keluarga harus disertai kasih sayang antarsesama anggota keluarga agar kehidupan keluarga indah, aman, nyaman, dan sejahtera. 

No comments:

Post a Comment