Kekerasan
dalam rumah tangga
Karya : Dibta Rosanto
Sering kali hal-hal yang dianggap
sepele justru dapat menjadi sebuah kesalahan yang besar. Berawal dari perbedaan
pendapat atau perselisihan yang sering kali terjadi dapat menyebabkan
terganggunya keharmonisan rumah tangga. Bahkan, hal tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya tindak kekerasan fisik yang terjadi di dalam
lingkungan keluarga.
Kekerasan fisik adalah kekerasan yang
dapat terlihat pada tubuh manusia. Kekerasan fisik dapat berasal dari perkelahian,
memukul, menampar, dan menyakiti anggota tubuh yang lainnya. Biasanya kekerasan
fisik sering terjadi pada kehidupan sehari-hari karena emosi yang berlebihan.
Selain itu, kekerasan juga dapat terjadi karena kelelahan sehingga mudah
terpancing emosi. Sebagai contoh istri yang minta uang untuk keperluan
sehari-hari, tetapi suami tidak memberikannya karena pendapatannya kurang. Hal
itu dapat menimbulkan suami menjadi emosi dan temperamental. Hal ini dapat
sangat berbahaya jika seseorang yang temperamental sampai melakukan kekerasan
fisik.
Adapun kekerasan yang terjadi tidak
hanya bersifat fisik, tetapi juga bersifat psikis. Kekerasan ini sifatnya
kejiwaan atau hati seseorang yang disebabkan oleh kekerasan yang menimbulkan
trauma sehingga kejiwaannya terganggu. Dewasa ini ada salah satu korban
kekerasan yang berupa pelecehan seksual. Hal tersebut akan selalu teringat
sehingga menimbulkan rasa ketakutan terhadap diri korban. Selain itu kekerasan
psikis juga dapat terjadi pada seseorang yang dirinya pernah jadi korban
asusila oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal itu menyebabkan korban
menjadi pendiam, menyendiri, dan takut pada dunia luar.
Kekerasan sering terjadi di dalam
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Yang menjadi korban yakni anak-anak,
istri, pembantu, dan pelajar. Akhir-akhir ini sering kita jumpai kasus
mutilasi, pemerkosaan, dan pembunuhan. Dalam lingkungan pelajar biasanya
terjadi pelecehan seksual, tawuran, perkelahian, dan pembunuhan. Dalam
lingkungan masyarakat kekerasan sering diakibatkan oleh persoalan cinta. Rasa
ingin memiliki yang berlebihan, tetapi tidak terwujud maka akan menimbulkan
rasa benci yang bermuara pada pemerkosaan dan pembunuhan.
Akhir-akhir banyak kita jumpai kekerasan
yang terjadi pada wanita dan anak. Kekerasan ini meningkat dari tahun 2012
sampai dengan 2015. Namun, hal ini terjadi karena rendahnya sumber daya manusia
yang tidak dibekali oleh ilmu agama dan keimanan yang baik.
Iman yang baik pasti akan menghasilkan
perilaku yang baik pula. Namun, pada zaman sekarang banyak manusia yang
perilakunya menyimpang. Sebagai contoh orang yang sudah tahu agama, tetapi
selalu membuat kerusuhan dan membuat situasi yang menimbulkan kekerasan yang
disebabkan oleh egonya sendiri. Mereka tidak pernah introspeksi diri dan tidak
mau kembali ke jalan yang lurus. Jadi, ketika kita ingin terhindar dari
kekerasan atau kesalahan maka kita harus mengendalikan diri dan berusaha
meningkatkan kualitas iman kita dengan cara mendalami ilmu agama.
Kekerasan yang marak terjadi pada
wanita adalah kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan yang terjadi dalam rumah
tangga biasanya disebabkan oleh faktor agama, ekonomi, sosial, dan budaya. Yang
lainnya berupa persoalan cinta atau faktor ketidaknyamanan lagi dengan
pasangannya. Sebagai contoh di Dukuh Prambanan Era Desa Sekarteja Kecamatan
Adimulyo, ditemukan kasus telah terjadi KDRT yang dipicu oleh faktor ekonomi.
Sebuah keluarga yang hidup sederhana, tetapi selalu boros dalam keuangan. Sang
suami hanya bekerja sebagai serabutan dan produsen pagar bambu serta batu bata.
Satu minggunya hanya mendapatkan penghasilan sebesar Rp. 2000.000,- , sedangkan
istrinya bekerja di sawah dan pembantu. Penghasilan istrinya hanya Rp.
750.000,-.
Jerih
payah mereka untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan empat anaknya. Namun, sifat
ayahnya yang boros, sering menghabiskan banyak uang untuk berjudi sehingga
menimbulkan pengeluaran yang besar daripada pemasukannya. Hal tersebut membuat
sang ayah frustasi yang mengakibatkan hutang banyak, anak sakit-sakitan, dan
harta benda raib. Istrinya memberika solusi agar suaminya berhenti dari judu.
Namun, naas nasihat dari istri menjadi mala petaka karena sang suami marah
dinasihati istrinya. Sang suami mengambil kayu dan memukulkannya kepada istri.
Istri pun jatuh tersungkur. Kejadian ini selalu diingat di Dukuh Prambanan Era.
Dari
kasus di atas sebenarnya masih banyak lagi kasus-kasus yang serupa. Mari kita
merenungkan sejenak mengapa tindak kekerasan dalam keluarga bisa terjadi? Semua
ini karena adanya sifat keegoisan dan tidak memandang jika kita saling
membutuhkan satu sama lain. Pada anak-anak kerap terjadi kekerasan yang berupa
bekerja di bawah umur. Faktor ekonomi membuat anak harus putus sekolah dan
orang tua yang tega menelantarkan anak.
Dari
hadits Rosulullah SAW bersabda seseorang telah cukup dikatakan berbuat dosa
bilamana menelantarkan orang-orang yang menjadi tanggungannya. Dari pernyataan
tersebut, anak adalah tanggung jawab orang tua dan titipan Allah Swt. yang
harus kita jaga. Sudah jelas dalam hadits tersebut bahwa menelantarkan anak
sudah dianggap berbuat dosa. Bahkan, tidak menafkahi anak juga tidak boleh.
Oleh karena itu, keluarga selalu bertanggung jawab atas segalanya. Untuk
kondisi di masa depan yang lebih baik, keluarga harus diberi tanggung jawab
untuk mendidik sikap yang baik kepada anak.
Pada
rumah tangga sering terjadi percekcokan atau perdebatan. Pada hakikatnya,
setiap saat pasti selalu ada masalah. Yang bermula dari masalah sepele sampai
dengan masalah yang besar. Seperti itulah kehidupan rumah tangga pasti akan
diuji oleh badai masalah. Kebanyakan orang dalam menghadapi masalah justru
membuat ia frustasi. Orang akan mudah untuk melakukan tindak kekerasan.
Apakah
setiap ada masalah selalu mengandung hikmah? Ya tentu karena masalah yang menimpa
setiap orang ternyata ada tujuannya yakni untuk meningkatkan derajat kita di
mata Sang Pencipta, untuk melatih kita selalu sabar. Dalam Alquran dijelaskan
bahwa Allah Swt. mencintai orang-orang yang sabar. Dari dalil tersebut, situasi
apapun kita harus selalu sabar menghadapinya. Maka Allah Swt. akan mencintai
setiap hamba-Nya yang sabar.
Sikap
seperti di atas harus dimiliki oleh setiap keluarga agar tercipta keluarga yang
harmonis. Dalam keluarga terdapat ayah, ibu, dan anak-anak. Kepala keluarga
mempunyai peran andil yang sangat besar. Kepala keluarga harus menyejahterakan
keluarganya, bekerja keras, dan pengambil keputusan. Tugas ibu mempunyai peran
yang sangat besar pula karena harus mengurus rumah tangganya, memberikan kasih
sayang pada semua.
Dalam
hadits disebutkan bahwa Rosullah SAW ditanya tentang kasih sayang orang tua.
Beliau menjawab “Ibu, Ibu, Ibu.” Rosulullah mengucapkan ibu sebanyak 3 kali,
setelah itu baru ayah. Hal ini berarti kasih sayang ibu terhadap anaknya
sepanjang masa, sedangkan ayah kasih sayangnya hanya sepanjang galah. Ibu rumah
tangga tidak hanya memasak, mengerjakan tugas rumah tangga, tetapi mengatur
keuangan dan mepunyai andil besar dalam menyelesaikan masalah. Anggota keluarga
mempunyai peran untuk mengajukan pendapat dan harus menaati peraturan yang ada.
Dalam
keluarga, kepala keluarga harus berdasarkan hadits rosul dan Alquran,
berdasarkan pendapat bersama. Kepala keluarga tidak boleh semena-mena dalam
menyelenggarakan kehidupan rumah tangga. Tidak boleh mengedepankan ego dan
kepentingan sendiri, tetapi harus berdasarkan azaz kekeluargaan. Kebanyakan
keluarga yang hidup dalam keegoisan banyak mengalami keretakan rumah tangga.
Dari
segi pengamatan kepala keluarga lebih mengedepankan hawa nafsu dan ibu rumah
tangga dibutakan oleh harta. Tidak hanya itu, keretakan rumah tangga akibat
faktor keegoisan dalam mengambil keputusan. Berikut ini cara-cara dalam
menyelesaikan masalah :
1. Selalu
mengedepankan musyawarah mufakat
2. Dasar-dasar
keluarga harus berdasarkan Alquran dan Hadits
3. Juahkan
anak di bawah umur untuk menghindari kekerasan
4. Tidak
boleh mengedepankan emosi
5. Lebih
baik jika menghadapi masalah saling terbuka diri
6. Penguatan
iman dan taqwa
7. Selalu
sabar dan mengedepankan keluarga
Semua masalah kekerasan bisa diatasi dengan
kekeluargaan, tidak emosi, selalu sabar, dan meningkatkan iman dan taqwa. Jika
kekerasan pada wanita dan anak terdapat penyelesaiannya yaitu dengan dibekali
latihan seni bela diri atau pencak silat guna dapat melindungi diri sendiri.
Selain itu, badan perlindungan wanita dan anak harus ditingkatkan dan
ditegakkan selayaknya hukum yang harus dijunjung tinggi. Selalu adakan
sosialisasi tentang masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Badan
perlindungan wanita dan anak seharusnya aktif di lingkungan masyarakat dan
dapat setiap desa atau kelurahan ada cabang badan perlindungan wanita dan anak.
Organisasi lain juga turut andil dalam membentuk karakter keluarga. Dalam
masyarakat ada organisasi seperti Ibu PKK dan Karang Taruna yang dapat menaungi
dan menyelesaikan masalah yang ada di lingkungan masyarakat.
Dalam
sekolah juga harus ditanamkan pendidikan karakter supaya anak mempunyai
perilaku yang baik kepada orang tua. Untuk mengembangkan karakter setiap anak
dapat disalurkan lewat organisasi sekolah seperti Osis, IPM, Pramuka, dan PMR.
Dalam bidang keagamaan selalu introspeksi diri, ikut aktif dalam bidang
keagamaan yang diselenggarakan oleh sekolah atau masyarakat. Anak juga
diharapkan dapat memiliki karakter yang bertanggung jawab, jujur, disiplin, dan
dapat menjadi sosok pribadi yang lebih baik.
Berdasarkan
uraian di atas, kesulitan faktor ekonomi dengan cara menghargai usaha
pasangannya dan mensyukuri rezeki yang telah didapat bersama. Pekerjaan apa pun
yang dikerjakan atau barang yang dihasilkan harus mengutamakan kehalalan. Jika
barang yang dihasilkan haram dapat mempengaruhi gen seseorang untuk melakukan
kejahatan, tidak hanya iman, taqwa, kesabaran, tanggung jawab, tetapi juga
makanan yang kita makan berpengaruh dalam kehidupan.
Dari
wacana di atas, keluarga harus mempunyai sifat sabar, tanggung jawab, lebih
baik dengan usaha sendiri, cari pekerjaan halal, dan optismistis dalam
menghadapi masalah. Mengingat pentingnya keluarga adalah simbol kebersamaan,
tanggung jawab, simbol musyawarah, dan simbol disiplin, maka keluarga harus
disertai kasih sayang antarsesama anggota keluarga agar kehidupan keluarga
indah, aman, nyaman, dan sejahtera.
No comments:
Post a Comment