“Anekdot
Hukum Peradilan”
Pada zaman dahulu di suatu negara (yang pasti bukan negara
kita) ada seorang tukang pedati yang rajin dan tekun. Setiap pagi dia membawa
barang dagangan ke pasar dengan pedatinya. Suatu pagi dia melewati jembatan
yang baru dibangun. Namun sayang, ternyata kayu yang dibuat untuk jembatan
tersebut tidak kuat. Akhirnya, tukang pedati itu jatuh ke sungai. Kuda berserta
dagangannya hanyut.
Si Tukang Pedati dan keluarganya tidak terima karena
mendapat kerugian gara-gara jembatan yang rapuh. Kemudian, mereka melaporkan
kejadian itu kepada hakim untuk mengadukan si Pembuat Jembatan agar dihukum dan
memberi uang ganti rugi. Zaman dahulu orang dapat melapor langsung ke hakim
karena belum ada polisi.
Permohonan keluarga si Tukang Pedati dikabulkan. Hakim
memanggil si Pembuat Jembatan untuk diadili.
Namun, si Pembuat Jembatan tentu protes dan tidak terima. Ia
menimpakan kesalahan kepada tukang kayu yang menyediakan kayu untuk bahan
jembatan itu. Kemudian, hakim memanggil si Tukang Kayu.
Sesampainya dihadapan hakim, si Tukang Kayu bertanya kepada
hakim, “Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga hamba dipanggil ke
persidangan?” Yang Mulia Hakim menjawab, “Kesalahan kamu sangat besar. Kayu
yang kamu bawa untuk membuat jembatan itu ternyata jelek dan rapuh sehingga
menyebabkan seseorang jatuh dan kehilangan pedati beserta kudanya. Oleh karena
itu, kamu harus dihukum dan mengganti segala kerugian si Tukang Pedati.” Si
Tukang Pedati membela diri, “Kalau itu permasalahnnya, ya, jangan salahkan
saya, salahkan saja si Penjual Kayu yang menjual kayu yang jelek.” Yang Mulia
Hakim berpikir, “Benar juga apa yang dikatakan si Tukang Kayu ini. Si Penjual
Kayu inilah yang menyebabkan tukang kayu membawa kayu yang jelek untuk si
Pembuat Jembatan.” Lalu, hakim berkata kepada pengawalnya, “Hai pengawal, bawa
si Penjual Kayu kemari untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya!” Pergilah si
Pengawal menjemput si Penjual Kayu.
Si Penjual Kayu dibawa oleh pengawal tersebut ke hadapan
hakim. “Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga di bawa ke sidang
pengadilan ini?” kata si Penjual Kayu. Sang Hakim menjawab, “Kesalahanmu sangat
besar karena kamu tidak menjual kayu yang bagus kepada si Tukang Kayu sehingga
jembatan yang dibuatnya tidak kukuh dan menyebabkan seseorang kehilangan kuda
dan barang dagangannya dalam pedati.” Si Penjual Kayu menjawab, “Kalau itu
permasalahannya, jangan menyalahkan saya. Yang salah pembantu saya. Dialah yang
menyediakan beragam jenis kayu untuk dijual. Dialah yang salah memberi kayu
yang jelek kepada si Tukang Kayu itu.” Benar juga apa yang dikatakan si Penjual
Kayu itu. “Hai pengawal, bawa si Pembantu ke hadapanku!” Maka si pengawal pun
menjemput si Pembantu.
Seperti halnya orang yang telah dipanggil terlebih dahulu
oleh hakim, si Pembantu pun bertanya kepada hakim perihal kesalahannya. Sang
Hakim memberi penjelasan tentang kesalahan si Pembantu yang menyebabkan tukang
pedati kehilangan kuda dann dagangannya sepedati. Si Pembantu tidak secerdas
tiga orang yang telah dipanggil terlebih dahulu sehingga ia tidak bisa memberi
alasan yang memuaskan sang Hakim.
Akhirnya, sang Hakim memutuskan si Pembantu harus dihukum dan memberi ganti
rugi. Berteriaklah sang Hakim kepada pengawal, “Hai, pengawal, masukkan si
Pembantu ini ke penjara dan sita semua uangnya sekarang juga!”
Beberapa menit kemudian, sang Hakim bertanya kepada si
Pengawal, “Hai, Pengawal apakah hukuman sudah dilaksanakan?” Si Pengawal
menjawab, “Belum, Yang Mulia, sulit sekali untuk melaksanakannya.” Sang Hakim
bertanya, “Mengapa sulit? Bukankah kamu sudah biasa memenjarakan dan menyita
uang orang itu?” Si Pengawal menjawab, “Sulit, Yang Mulia. Si Pembantu badannya
terlalu tinggi dan gemuk. Penjara yang kita punya tidak muat karena terlalu
sempit dan si Pembantu itu tidak punya uang untuk disita “ Sang Hakim marah
besar, “Kamu bego amat! Gunakan dong akalmu, cari pembantu si Penjual Kayu yang
lebih pendek, kurus,
dan punya uang!” Kemudian, si Pengawal mencari pembantu si Penjual Kayu yang
lain yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang.
Si Pembantu
yang berbadan pendek, kurus dan punya uang bertanya kepada hakim, “Wahai, Yang
Mulia Hakim. Apa kesalahan hamba sehingga harus dipenjara?” Dengan entengnya
sang Hakim menjawab ,“Kesalahanmu adalah pendek, kurus, dan punya uang!!!”
Setelah si
Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang itu dimasukkan ke penjara
dan uangnya disita, sang Hakim bertanya kepada khalayak ramai yang menyaksikan
pengadilan tersebut,“Saudara-saudara semua, bagaimanakah menurut pandangan
kalian, peradilan ini sudah adil?” Masyarakat yang ada menjawab serempak,
“Adillll!!!”
No comments:
Post a Comment