Menurut Bassnett (1993:12), nama
sastra bandingan berasal dari suatu seri antologi Perancis yang terbit pada
tahun 1816 dengan judul Cours de Litterature Comparee. Istilah dalam
versi Jermannya Vergleichende Literaturgeschichte yang muncul pertama
kali dalam buku karangan Moriz Carriere pada tahun 1854, sedangkan dalam bahasa
Inggris diperkenalkan oleh Matthew Arnold pada tahun 1848. Jadi, sastra
bandingan dapat dikatakan masih muda. Pada awalnya studi sastra bandingan
berasal dari studi bandingan ilmu pengetahuan, kemudian lahir studi bandingan
agama, baru kemudian lahir sastra bandingan (Darma, 2003:8). Munculnya sastra
bandingan bersamaan dengan munculnya jiwa nasionalisme pada zaman peralihan,
yang pada saat itu negara-negara terjajah sedang mencari identitas mereka.
Lahirnya sastra bandingan ini disebabkan oleh timbulnya kesadaran bahwa sastra
itu plural, tidak tunggal (Darma, 2007:53).
Sastra
bandingan memiliki sub sastra yang nantinya dibandingkan yaitu sastra lokal
atau daerah, sastra nasional, dan sastra dunia. Masing-masing sub sastra ini
memiliki pengertian dan konsep tersendiri namun semua jenis sastra ini bisa
saling berkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi. Berikut ini pengertian dan konsep dari
masing-masing sub sastra tersebut :
A.
Sastra Lokal atau Daerah
- Hakekat Sastra lokal
Sastra daerah adalah genre
sastra yang ditulis dalam bahasa daerah bertema universal (zaidan,dkk, 2000 :
181). Salah satu ragam bahasa yang dimiliki oleh hampir setiap daerah di dunia,
khususnya di Indonesia, adalah adalah ragam sastra daerah. Setiap daerah di
Indonesia yang mempunyai khasanah kebudayaan daerah sendiri dengan ciri
keragaman bahasanya, mempunyai ragam sastra daerah sendiri. Sebagaimana contoh,
daerah Gorontalo yang memiliki khasanah budaya daerah sendiri dengan bahasa
daerah Gorontalonya, memiliki sedikitnya 15 jenis sastra daerah( Tuloli, 1979).
- Tujuan Mempelajari Sastra Lokal atau Daerah
Tujuan
mempelajari sastra daerah yaitu:
- Mempelajari nilai – nilai kedaerahan sebagai wujud kebinekaan Indonesia.
- Untuk menggali ajaran dan petuah peradatan dan etika.
- Untuk mendekati dan menghayati pikiran dan cita – cita nenek moyang yang telah mewariskan budaya.
- Untuk melestarikan dan mempertahankan budaya daerah sebagai wujud kecintaan terhadap budaya daerah dan budaya nasional.
- Untuk memacu konstribusi sastra daerah dalam upaya dinamika sastra Indonesia.
- Kedudukan Sastra Lokal atau Daerah
Tuloli
(2001 : 209) Kedudukan sastra daerah mempunyai kedudukan sebagai berikut :
- Sastra daerah adalah ciptaan masyarakat pada masa lampau atau mendahului penciptaan sastra Indonesia modern.
- Sastra daerah dapat dimasukkan sebagai satu aspek budaya Indonesia yang perlu digali untuk memperkaya budaya nasional dan menjadi alternatif kedua yang perlu di pertimbangkan dan dikembangkan selain sastra Indonesia.
- Sastra daerah melekat pada jiwa, rohani, kepercayaan, dan adat istiadat masyarakat suatu suku bangsa dan yang mereka pakai untuk menyampaikan nilai – nilai luhur bagi generasi muda.
- Sastra daerah mempunyai kedudukan yang strategis dalam kerangka pembangunan sumber daya manusia,yaitu memperkuat kepribadian keindonesiaan yang bhineka tunggal ika.
- Sastra lokal atau Daerah dalam Kontek Kebudayaan Daerah dan Nasional
Sastra daerah perlu
dilestarikan dan dipertahankan agar tidak punah. Hal ini penting karena jika
produk sastra di suatu daerah tempat dia dilahirkan punah, maka hakikatnya
kebudayaan daerah itu sendiri telah ikut punah. Jika produk sastra di suatu
daerah punah, maka daerah tersebut telah kehilangan rekaman penggunaan bahasa
daerah yang telah diwariskan oleh para pendahulunya. Jika sastra daerah punah,
maka kebudayaan suatu daerah pun punah, dan akan berimplikasi terhadap
eksistensi kebudayaan nasional.
- Fungsi sastra Lokal atau daerah
Menurut Bascom ( dalam
sudikan, 2007 : 50), sastra lisan mempunyai empat fungsi sebagai berikut :
- Sebagai sebuah bentuk hiburan.
- Sebagai pengesahan pranata – pranata dan lembaga – lembaga kebudayaan.
- Sebagai alat pendidikan anak – anak.
- Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma – norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.
Selain itu sastra daerah mempunyai fungsi sebagai berikut :
- Sastra daerah sebagai wahana ekspresi budaya daerah mempunyai fungsi merekam pengalaman budaya, estetik, religious, dan sosial politik masyarakat serta menumbuhkan solidaritas kemanusiaan ( Anom, 2000 : 19).
- sastra daerah sebagai cermin/refleksi kehidupan masyarakat pemilik sastra daerah tersebut.
- Sastra daerah dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan budi pekerti untuk membentuk karakter anak bangsa.
- Sastra daerah dapat dijadikan sebagai pedoman kehidupan berumah tangga dan berinteraksi sosial.
- Sastra daerah pun dapat dijadikan sebagai wahana peningkatan keteguhan iman dalam kehidupan beragama.
- Ciri-ciri Sastra Daerah
Ciri –
ciri sastra daerah yaitu sebagai berikut :
- penyebaran dari mulut ke mulut.
- Lahir di dalam masyarakat yang masih bercorak desa atau belum mengenal huruf.
- Menggambarkan ciri budaya suatau masyarakat.
- Tidak deketahui siapa pengarangnya.
- Bercorak puitis,teratur dan berulang-ulang.
- Tidak mementingkan fakta dan kebenaran.
- Terdiri dari beberapa versi.
- Bahasa umumnya menggunakan bahasa lisan ( sehari – hari),mengandung dialek, bahkan kadang – kadang diucapkan tidak lengkap (Hutomo, 1991 : 3-4).
- Upaya Pelestarian sastra Daerah
Didpu (2010 : 9-12) mengatakan dalam membina dan mengembangkan sastra
daerah sebagai berikut :
- Melakukan inventarisasi dan eksplorasi terhadap ragam sastra daerah (baik lisan atau tulis) yang masih tersebar luas di masyarakat.
- Ragam sastra daerah yang terwujud lisan perlu segera ditraskripsi ke dalam bentuk tertulis sehingga tidak punah seiring dengan berkurangnya penutur sastra lisan.
- Ragam sastra daerah tertulis yang berwujud naskah – naskah di dokumentasikan.
- Dilakukan pengkajian atau penelitian.
- Hasil penelitian atau pengkajian di sosialisasikan kepada masyarakat.
- Sastra daerah yang menggunakan bahasa daerah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia agar dapat dibaca dan dipahami masyarakat di daerah lain.
- Sosialisasi dapat dilakukan melalui publikasi penerbitan sastra daerah,sosialisasi melalui seminar,dan siaran – siaran radio atau televisi lokal sehingga dapat dikonsumsi oleh publik.
- Pembelajaran sastra dalam dunia pendidikan.
- Menggalakkan kembali kegiatan – kegiatan adat yang di dalamnya terdapat penuturan sastra.
- Mengadakan perlombaan atau kompetisi dikalangan masyarakat pemilik sastra itu sendiri.
- Pemerintah perlu merumuskan Peraturan Daerah yang berisi mengenai pembinaan dan pengembangan sastra daerah.
Adanya
kerja sama antara pemerintah daerah,masyarakat, akademis dan tokoh – tokoh adat
sangat perlu guna memunculkan sastra daerah yang kaya akan unsur keaderahan dan
ideologi daerah yang khas dan berbeda dengan daerah lain seperti karya-karya
berikut ini ditunjukkan oleh Pengakuan Pariyem, serta
kemudian juga cerpen dan novel Umar Kayam seperti Sri Sumarah, Bawuk, serta
Para Priyayi. kecenderungan untuk memanfaatkan teknik dari khasanah tradisi
daerah juga sudah
terlihat pada Rendra sebagaimana nampak pada kumpulan sajaknya yang pertama
Balada Orang-orang Tercinta, yang sarat dengan aroma sastra rakyat Jawa,
khususnya dolanan anak-anak. Hal yang sama terlihat pula pada sajak-sajak
Ramadhan KH pada Priangan Si Jelita yang banyak memanfaatkan teknik tembang
Sunda. Namun, pada Rendra pemanfaatan teknik ini menjadi sebagian saja dari
pilihan teknik yang dia gali bagi sajak-sajaknya. Pada masa kini, pemanfaatan
khasanah sastra daerah sebagai teknik ungkapan terlihat pada misalnya
sajak-sajak Taufik Ikram Jamil yang menggunakan teknik bersanjak Melayu
sebagaimana terlihat pada kumpulan puisinya Tersebab Haku Melayu.
B.
Sastra Nasional
sastra
nasional hadir dalam satu lingkungan atau terbatas dalam satu negara, Sastra nasional adalah karya sastra
yang dibuat pengarang yang berasal dari Negara tertentu dan menggunakan bahasa
nasional serta mengandung tema nasional. Sastra nasional berkemungkinan
merupakn puncak- puncak dari sastra daerah.
Sastra nasional yaitu
sastra bangsa atau negara tertentu, misalnya sastra Indonesia, sastraArab,
sastra Inggris, sastra Cina, sastra Perancis, dan lain-lain. Tempatseorang
sastrawan dalam konteks sastra nasional pada umumnya tidakditentukan oleh
bahasa karya sastra sang sastrawan, tetapi olehkewarganegaraannya. Sastrawan
Singapura yang menulis dalam bahasaInggris adalah sastrawan nasional Singapura,
dan sastrawan Indoa yangmenulis dalam bahasa Inggris adalah juga sastrawan
sastra India. Sementara itu,
sastrawan berkebangsaan Amerika yang menulis dalam bahasa Yiddish, seperti
Isaac Bashevis Singer, juga dianggap sastrawansastra Amerika.
Sastra
nasional berperan untuk menjaga penyampaian dan kemurnian kebudayaan nusantara
sehingga keduanya saling memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kajian sastra bandingan.Sastra
bandingan digunakan oleh para ilmuwan sebagai media dalam proses kritik sastra.
Pada mulanya, sastra ini dipakai untuk studi sastra lisan. Seperti
cerita-cerita rakyat, legenda, dongeng, dan sebagainya. Pada proses ini, sastra
lisan dibandingkan dengan sastra tulisan. Ada yang berpendapat bahwa sastra
lisan hanya mengandung nilai-nilai budaya, adat istiadat tanpa unsur estetika.
Namun, justru pendapat ini keliru. Karena, banyak karya sastra tulisan golongan
atas yang mengambil tema dari kesusastraan rakyat sehingga meningkatkan status
sosial.
Contoh dari sastra
nasional adalah novel-novel modern indonesia saat ini yang terkenal dan menjadi
best seller karena isi ceritanya yang menghibur dan ada banyak unsur-unsur
nasionalnya seperti novel Tere Liye, Andrea Hirata, Donny dirgantara yaitu
novel 5 cm, Ahmad Fuadi dengan novelnya Negeri 5 Menara dan lain
sebagainya.
C.
Sastra Dunia
Sastra
dunia aadalah sastra yang mengandung nilai secara universal, menangkat tema
yang berlaku secara umum di dunia dan tidak dibatasi oleh bahasa dan politik
secara nasional. Jadi, sastra dunia yang merupakan puncak-puncak kesusastraan
nasional. Sastra yang reputasi
pada sastrawannya dan karya-karyanya diakui secara internasional. Sebuah karya
sastra dapat dianggap sebagai karya sastra besar dan diakui secara internasional
manakala karya sastra itu ditulis dengan bahasa yang baik, dan dengan matlamat
untuk menaikkan harkat dan derajat manusia sebagai makhluk yang paling mulia.
Pemikiran mengenai sastra dunia sangat mempengaruhi konsep sastra bandingan,
khususnya pada tahap-tahap awal.
Istilah sastra dunia awalnya
dipakai oleh Johann Wolgang von Goethe (1749-1832), seorang sastrawan dan
pemikir Jerman. Dia sangat menguasai karya-karya besar sastra dalam bahasa
aslinya, khususnya bahasa Inggris, Perancis, dan Itali. Perhatiannya kepada
dunia Timur juga sangat besar, antara lain pada dunia Islam dan Cina.
Menurut Hutomo (1993:6), sastra
dunia adalah sastra nasional yang diberi peluang meletakkan dirinya dalam
lingkungan sastra dunia dengan “fungsi” dan “kriteria” tertentu serta sejajar,
atau duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi, dengan sastra nasional bangsa
lain di dunia. Istilah sastra dunia, sebenarnya, banyak berkaitan dengan
istilah weltliteratur yang dikumandangkan oleh pujangga Jerman, Goethe.
Konsep Goethe lebih mengarah pada world masterpieces, atau sastra
agung dunia, dan bukan karya sastra golongan teri. Dari sastra India, misalnya,
kita dapat merujuk pada epos Mahabarata dan Ramayana.
Menurut Darma (2004a:32), sastra
dunia merupakan sastra yang reputasi para sastrawannya dan karya-karyanya
diakui secara internasional. Sebuah karya sastra dapat dianggap sebagai karya
besar dan diakui secara internasional manakala karya sastra itu ditulis dengan
bahasa yang baik, dan dengan matlamat untuk menaikkan harkat dan derajat
manusia sebagai makhluk yang paling mulia. Pemikiran mengenai sastra dunia
sangat mempengaruhi konsep sastra bandingan, khususnya pada tahap-tahap awal. Contoh sastra
dunia diantaranya adalah novel harry potter karya J.K Rowling, Romeo dan Juliet
karya William Shakespeare, Hamlet, julius Caesar.
No comments:
Post a Comment