Sunday, July 1, 2018

Sinopsis novel "Di Bawah Langit Jakarta" Karya Guntur Alam

SINOPSIS NOVEL


Novel ini berkisah perjuangan tokoh utama dalam mencapai cita-cita menjadi seorang menteri BUMN. Namanya Sugiharto, lahir pada 29 April 1955 di Medan. Sebelum pindah ke Jakarta pada tahun 1964, ia bersama keluarganya hidup berkecukupan dan jauh lebih baik ketika masih berada di Medan. Ayahnya dulu bekerja sebagai pegawai di Kantor Pertanian.
Pada tahun 1960-an, Presiden Soekarno berencana mengangkat 100 menteri untuk dapat menampung aspirasi politik dari dua kubu, yakni kubu komunisme dan sosialisme. Bapak mendapatkan informasi bahwa dirinya akan diangkat menjadi salah satu Menteri kabinet tersebut. Oleh karena itu, Bapak memutuskan untuk pindah ke Jakarta bersama anak dan istrinya. Namun, kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Sejak 30 September 1965 Presiden Soekarno digantikan sementara oleh Soeharto karena Presiden Soekarno dikabarkan mulai sakit-sakitan. Karena hal tersebut, harapan Bapak menjadi salah satu kabinet 100 Menteri menjadi padam.
Bapak hanya bekerja menjadi penjual bubur kacang hijau di Jakarta, sedangkan ibunya hanya berjualan bubur nasi dan keripik singkong. Kehidupan yang keras di Jakarta, mereka lalui dengan ikhlas, sabar, dan kerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Apalagi pada saat itu, semua harga kebutuhan pokok menjadi ikut mahal. Hal tersebut menyebabkan Bapak mengalami kesulitan dalam memenuhi asupan gizi keluarga termasuk kesulitan dalam biaya pendidikan untuk anak-anaknya.
Akhirnya, Sugiharto dan Mas Umar terancam tidak bisa ikut ujian kenaikan kelas. Berkali-kali diingatkan oleh Bu Fatimah, tetapi Bapak belum bisa membayar juga sampai uang SPP menunggak selama enam bulan. Kejadian tersebut membuat Bapak dipanggil pihak sekolah untuk datang pada acara rapat wali murid membahas biaya SPP. Bersyukur pihak sekolah masih memberikan keringanan bagi wali murid yang belum mampu melunasi SPP.
Sugiharto masih dapat mengikuti ujian kenaikan kelas. Ia belajar sungguh-sungguh agar dapat naik kelas. Ujian kelas dilewati Sugiharto penuh tantangan. Ia mengalami konflik batin ketika dirinya dipaksa memberikan contekan kepada Darmanto. Jika tidak mau, Darmanto berniat memukulnya. Sugiharto ingin bersikap adil dan jujur pada dirinya. Jika ia ketahuan memberikan contekan, ia akan dihukum dan membuat kecewa orang tuanya. Ia tidak ingin melakukan itu. Ia tetap berpegang teguh pada pendiriannya tidak memberikan contekan kepada Darmanto dengan konsekuensi yang harus diterima.
Setelah ujian selesai, Sugiharto benar-benar dipukul oleh Darmanto sehingga membuat wajahnya luka dan lebam. Hal itu membuat dirinya gelisah ketika akan pulang. Ia tahu bahwa bapaknya sangat tidak suka kepada anak yang suka berkelahi. Namun, Ibu mengatakan kejadian itu secara jujur kepada Bapak. Bapak tidak sampai marah kepada Sugiharto.
Malam harinya, Bapak memberikan pilihan tersulit dalam hidup Sugiharto. Jika Sugiharto ingin tetap sekolah dan mengejar cita-cita, ia harus bersedia tinggal di rumah Paman Sukir dan Bi Karminah untuk membantu pekerjaan mereka. Tentu ini keputusan yang sangat sulit apalagi Sugiharto tidak ingin jauh dari keluarga. Kata-kata Mas Umar dan Pei mampu membuatnya termotivasi dan memantapkan hati untuk tinggal di rumah Paman Sukir. Ada banyak tugas yang harus ia lakukan mulai dari menyapu, mengepel, mencuci piring, mencuci baju, belajar memasak, menyiram bunga, mem-persiapkan minum pada sore hari, dan masih banyak lagi.
Sugiharto bersyukur atas keputusan dari bapaknya. Hal itu membuat dirinya belajar mandiri, disiplin, kerja keras, tanggung jawab, membantu mewujudkan mimpi Bapak, dan membuatnya bertemu dengan cinta. Ia tumbuh menjadi sosok yang penuh ketulusan, kesederhanaan, dan pantang menyerah. Selain itu, ia juga suka menabung dan kritis. Hal itu dibuktikan ketika ia mulai suka berhemat, sedangkan sikap kritis ia tunjukkan ketika melihat peluang usaha di pangkalan becak, yakni berjualan rokok kelobot batangan.
Sugiharto juga membantu menarik kredit Bi Karminah, melayani pembelian air ledeng, dan menjadi tukang parkir di Bioskop Taruna. Setelah lulus dari SMA, ia merasa galau. Akhirnya, ia memutuskan untuk ikut bekerja bersama Mas Umar di Gaya Motor. Ia bekerja sebagai kuli angkut suku cadang kendaraan bermotor di Tanjung Priok. Sugiharto tidak hanya sebagai buruh angkut, tetapi juga mendaftarkan diri di lembaga kursus terbaik yaitu Pusat Kursus-Kursus Negeri.
Sembari kursus, ia terus mencari pekerjaan yang lebih baik daripada menjadi kuli angkut di Tanjung Priok. Ia terus mencari informasi lowongan pekerjaan di koran-koran. Dari koran, ia mendapatkan lowongan pekerjaan di Departemen Keuangan dan lowongan kerja di SGV Utomo. Dari informasi tersebut, Sugiharto memutuskan untuk bekerja di SGV Utomo yang membuatnya menjadi akuntan muda selama enam bulan di Filipina.
Rezeki yang Tuhan beri membuat Sugiharto ingin melanjutkan ke bangku kuliah. Ia memutuskan untuk kuliah malam di Universitas Jayabaya mengambil Jurusan Akuntansi. Setamat dari Universitas Jayabaya, ia melanjutkan ke Universitas Indonesia Jurusan Ekonomi. Pada periode 2004-2007, Sugiharto bekerja sebagai menteri BUMN di bawah pemerintahan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono.

No comments:

Post a Comment