Naskah Drama Panggung
Legenda
Lahirnya Huruf Jawa
TOKOH-TOKOH
1. Prabu Aji Saka
2. Dora
3. Sembada
4. Penduduk 1
5. Penduduk 2
6. Penduduk 3
Sejak Aji Saka
dinobatkan menjadi raja di Medang Kamolan, kehidupan rakyatnya menjadi
tenteram. Petugas-petugas istana sering membantu kepentingan rakyat kecil.
Bangunan-bangunan di sekitar istana juga di bangun. Kerja sama antara
pemerintah dengan rakyatnya terjalin dengan baik. Itulah yang menjadikan
kerajaaan Medang Kamolan cepat berkembang dan maju.
Di dalam
situasi yang penuh kegembiraan itu, Aji Saka teringat sahabatnya, Sembada, yang
tinggal di Nusa Majedi, sekarang bernama Pulau Bawean, tidak diketahui nasibnya.
Padahal ia dititipi keris pusaka miliknya dan sudah saatnya keris itu digunakan.
Oleh karena itu, Aji Saka mengutus Dora untuk mengembalikan keris pusakanya
yang disimpan oleh Sembada.
ADEGAN I
Seting tempat : Medang Kamolan
P. Aji Saka : Dora, kemarilah sebentar.
Dora : Daulat tuanku, gerangan apa yang
menjadikan hamba dipanggil menghadap?
P. Aji Saka : Dora, untuk ketenanganku, pergilah kamu ke Nusa
Majedi. Ambillah keris pusaka yang aku titipkan kepada Sembada. Keris itu sudah
waktunya digunakan selama aku jadi raja di sini. Ajaklah sembada sekalian
kesini agar menikmati hidup di Medang Kamolan.
Dora : Daulat tuanku, segala tugas yang diberikan akan
hamba laksanakan dengan sebaik-baiknya.
P. Aji Saka : Kuizinkan kau meninggalkan istana sekarang.
Bawalah bekal secukupnya!
(Setelah Dora menghaturkan
sembah, lalu mengeser tubuhnya seraya meninggalkan istana)
ADEGAN II
Seting tempat: Nusa Majedi
Sejak
ditinggal oleh kedua orang sahabatnya, Sembada dapat menyesuaikan diri dengan
masyarakat setempat. Bahkan, ia hampir lupa mempunyai sahabat yang selalu
memikirkan, dan pernah menitipkan keris pusaka kepadannya.
Sembada :
Rasa-rasanya, sudah cukup lama aku berada di Nusa Majedi ini. Sudah cukup lama
pula aku melupakan dua sahabat yang dulu selalu bersama. Tuan Aji Saka, Dora,
aku sungguh merindukan kalian.
Hanya keris pusaka inilah yang mungkin akan
selalu mengingatkanku pada mereka. Keris yang dulu Tuan Aji Saka titipkan
padaku sebelum ia akan melanjutkan perjalanan ke Nusa Jawa.
Ah,
sepertinya akan tidak mudah bagiku untuk dapat bertemu mereka kembali.
(Sembada tertidur di bawah
pohon rindang. Tak lama, muncul Dora yang serta merta mengenali Sembada lalu
membangunkan dari tidurnya. Ingin memberikan kejutan kepada sahabat lamanya,
Dora berpura-pura menantang Sembada untuk berkelahi)
Dora : Hai!
Bangun kau!
Sembada : Ada
apa ini? Siapa kau? Seenaknya membangunkan tidurku.
Dora :
Bangun kau! Kalau berani lawan aku!
Sembada : Oh,
jadi kau ingin menantangku berkelahi! Baiklah, ayo lawan aku!
(Terjadi perkelahian yang tampak
sengit. Bertubi-tubi mereka saling mengeluarkan jurus pamungkas. Di tengah
perkelahian, akhirnya Sembada tahu kalau yang sedang dihadapinya adalah Dora,
sahabat lamanya)
Sembada :
Tunggu! Aku masih ingat betul dengan jurus yang baru saja kau peragakan. Kau Dora,
bukan?
Dora :
Ya. Dora, sahabat lamamu.
(Mereka menghentikan perkelahian.
Saling mendekap dengan penuh tawa. Tak terasa menetes air mata karena begitu rindunya)
Sembada : Wah, ternyata kau, Dora. Masih saja kau kuat
dan tangkas seperti dulu. Bagaimana kabarmu?
Dora : Beginilah, masih seperti dulu. Kau juga
terlihat liat dan semakin digdaya saja, Sembada.
Sembada : Ah,
kau terlalu berlebihan, sahabatku. Hampir saja tadi kau kucincang dengan jurus
baruku. E, tapi ngomong-omong, kenapa kau bisa sampai kesini?
Dora :
Begini, Sembada. Aku datang kesini karena diutus oleh sang Prabu Aji Saka. Pertama
untuk melihat keadaanmu. Yang kedua, mengabarkan bahwa tuanmu Aji Saka sekarang
menjadi raja di Medang Kamolan. Selain itu, aku disuruh mengambil keris pusaka
yang dititpkan padamu, atau keris pusaka itu kamu bawa sekalian bersamaku ke
Nusa Jawa untuk memenuhi panggilan sang Prabu Aji Saka.
Sembada : Dora, kamu masih ingat kan, pesan Tuan Aji Saka
dulu? Kalau tidak salah begini: `Sembada, aku akan melanjutkan perjalanan ke
Nusa Jawa, Dora yang aku ajak untuk membantuku, sedangkan kamu tingal dulu di
Nusa Majedi ini. Di samping menjaga barang-barang juga merawat perbekalan yang
ada, dan keris pusakaku ini aku tinggal, hendaknya dijaga baik-baik. Apabila
ada yang meminta atau meminjamnya jangan sampai kau berikan, kecuali aku
sendiri yang datang.` Itulah yang menjadikan aku merasa keberatan meluluskan
permintaanmu, Dora.
(Dora mulai tidak senang
dengan sikap Sembada yang tidak mengizinkannya untuk mengambil keris pusaka
itu)
Dora : Sembada, aku benar-benar diutus oleh Prabu Aji
Saka, bukan kemauanku sendiri. Kelihatannya keris itu sangat dibutuhkan sejak
beliau menjadi raja di Medang Kamolan.
Sembada : Ya, aku mengerti. Aku mengerti dengan semua
ketergantunganmu itu, tapi aku juga menerima perintah. Perintah pertama, untuk
tinggal di Nusa Majedi ini, yang kedua menyimpan keris pusaka. Kepada siapa pun
keris pusaka ini tidak akan aku berikan, terkecuali kepada tuanku Aji Saka.
Dora : Sembada, kamu ini sudah gila apa? Prabu Aji
Saka sekarang sudah menjadi raja, mana mungkin beliau datang sendiri kemari
untuk mengambil keris itu sendiri. Itu harus kau pikirkan dengan akal sehatmu. Jangan
seenaknya kau bicara.
Sembada : Dora, aku sudah menggunakan akal sehatku. Apa yang
aku lakukan ini adalah perintah. Sekarang terserah kepadamu. Sebelum terjadi
seasuatu, hendaknya kamu pulang. Sampaikan hal ini kepada sang Prabu Aji Saka.
Dora : Tidak, aku tidak akan kembali ke Medang Kamolan,
sebelum membawa keris pusaka itu atau membawanya bersamamu.
Sembada : Kalau aku tidak mau!
Dora :
Aku akan memaksamu.
Sembada : Kalau
aku melawan!
Dora :
Aku juga melawan!
Sembada : Kamu berani denganku, Dora? Kalau kamu ingin
mendapatkan keris ini, langkahi dulu mayatku!
Dora : Dengar Sembada, apa pun akan kulakukan demi
melaksanakan perintah sang Prabu Aji Saka.
Sembada :
Lawan aku!
Dora :
Baiklah. Maafkan aku, Sembada.
Mendapat
tentangan dari sembada, darah Dora semakin memanas. Dora langsung menyerang
sembada. Keduannya terjadi perkelahian yang sulit dipisahkan karena saling
mempunyai tanggung jawab atas perintah tuannya. Perkelahian kedua sahabat yang
mendapat tugas semakin bertambah seru. Sekalipun perkelahian sudah berlangsung
lama, tetapi belum menunjukkan adannya tanda-tanda yang kalah. Semuanya
kelihatan sama kuatnya. Hanya pada situasi yang paling menguntungkan bagi
Sembada, keris dihunus dan ditancapkan pada dada Dora sehingga darah mengucur
dengan derasnya.
Dalam
kekalahannya, Dora masih ada kesempatan mencabut keris yang bersarang di
dadanya itu lalu ditancapkan lagi ke dada sembada yang lengah karena mengangap Dora
sudah mati. Akhirnya Dora dan Sembada dalam keadaan samyuh atau mati
bersama karena kehabisan darah. Muncul tiga orang penduduk yang kebetulan
melintasi tempat tersebut.
Penduduk 1 : Hah, ada apa ini?
Penduduk 2 : Sepertinya keduanya mati, Kang.
Penduduk 3 : Betul. Tidak bernapas lagi.
Penduduk 2 : Wah, gawat. Betul-betul sudah mati.
Penduduk 1 : Kalau begitu, segera saja kita kubur mereka.
Penduduk 2 : Tapi dikubur di mana, Kang?
Penduduk 1 : Di sini saja.
Penduduk 3 : Baiklah, mari segera kita kubur.
Setelah
terjadi peristiwa yang merenggut nyawa Dora dan Sembada, prabu Aji Saka mendapat
firasat yang tidak baik. Kemudian timbul niatnya untuk datang ke Nusa Majedi.
Dugaan prabu
Aji Saka benar. Utusannya sudah melaksanakan tugas sebagaimana yang diberikan, tetapi
harus menjadi korban. Setelah mendengar keterangan penduduk yang turut
mengubur mereka di tempat kejadian,
prabu Aji Saka termangu-mangu menyesali nasib kedua orang sahabatnya.
ADEGAN III
Prabu Aji Saka menuju ke
tempat dikuburnya Sembada dan Dora bersama penduduk yang menguburnya.
Penduduk 1 : Di sini, Ndara Gusti.
P Aji Saka : Jadi betul, kedua orang yang mati itu adalah
Sembada dan Dora?
Penduduk 2 :
Betul, Gusti. Kami yang mengubur dua kesatria yang tewas karena tertusuk
sebilah keris di dadanya itu. Di sini kami kuburkan mereka, Gusti.
Untuk
mengenang jasa kesetiaan Dora dan Sembada, prabu Aji Saka menulis huruf-huruf
yang merupakan hasil perpaduan dari huruf PALAWA dan huruf DEWANAGARI pada
sebuah batu besar sebagai PRASASTI. Tulisan tersebut menceritakan kejadian yang
menimpa kedua orang sahabatnya gugur dalam melaksanakan tugas.
P Aji Saka : Kisanak dan semua rakyatku, untuk mengenang
kejadian ini, akan kutulis prasasti di sini.
(Dengan
keris pusakanya, Prabu Aji Saka menuliskan huruf-huruf Jawa di atas batu)
Ha
na ca ra ka
Da ta sa wa la
Pa da ja ya nya
Ma
ga ba tha nga
S E L E S A
I
Sekarang
tempat itu dinamakan Pengen (Tanjung Anyar). Pada waktu terjadi Gerhana
Matahari total di Indonesia tahun 1982, tempat itu dijadikan sebagai pusat
pengambilan gambar Tanjung Anyar diapit oleh dua gunung yang indah dan
terbentang pelabuhan yang menakjubkan. Di sekitar pelabuhan terdapat makam yang
diduga makam Dora dan Sembada, sahabat Aji Saka.
Huruf-huruf
JAWA yang terdapat di dalam PRASASTI itu masih `nglegena` (telanjang) maksudnya
masih merupakan satuan-satuan huruf yang terdiri atas 20 huruf. Huruf-huruf itu
belum dapat digunakan untuk membuat kalimat. Agar dapat dipakai untuk membuat
kata atau kaliamt, huruf-huruf itu diberikan sandangan atau harakat (Arab).
Contoh: huruf Na
diberi wulu menjadi Ni , diberi suku menjadi Nu,
diberi pepet menjadi Ne`. diberi taling tarung menjadi No,
apabila diberi pangku menjadi tidak bersuara atau mati N.
begitulah sampai seterusnya sampai pada huruf-huruf yang lainnya.
Melalui
ungkapan-ungkapan tersebut di atas, muncul penafsiran lain-lain yang dikaitkan
dengan keadaan sekarang. Ada anggapan bahwa orang Jawa itu selalu tegar,
diapa-apakan selalu tetap tegar tetapi apabila sudah dipaku menjadi tidak
berkutik, tidak bersuara, disamakan dengan mati. Anggapan itu tidak benar.
Mungkin anggapan itu keluar dari orang-orang yang belum memahami falsafah
orang-orang Jawa. Memang, orang Jawa kalau sudah di “slondohi” atau didasari
biasanya diam. Namun, bukan berarti pasrah. Diamnya itu “empan papan” atau
melihat situasi dan kondisi. Bagi orang Jawa tulen, apabila mengetahui akan
dipangku sama halnya dengan diperingatkan. Untuk selanjutnya akan melangkah
lebih berhati-hati agar tidak dibuat mati.
*(Dikutip menjadi naskah
drama panggung oleh Eko Sutopo dengan perubahan
dari Terjadinya Bledug
Kuwu karya Sugeng Haryadi yang telah di-vcd-kan
oleh Prof. Dr. Sukirno,
M.Pd., dan Skripsi oleh Beny Achmad )
Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang kesulitan masalah keuangan ingin seperti saya.. Perkenalkan nama saya abdul rochman junaidy umur 38 tahun Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa Tumbal yaitu uang gaib karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar 785 juta saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa melunasi hutang saya. Secara tidak sengajah sewaktu saya buka-buka internet saya menemukan salah satu situs abah duihantoro saya baca semua isi situs beliau akhirnya saya tertarik untuk meminta bantuan kepada abah duihantoro. Awalnya sih memang saya ragu dan tidak percaya tapi selama beberapa hari saya berpikir, akhirnya saya memberanikan diri menghubungi abah duihantoro di nomer 085298463149 singkat cerita alhamdulillah beliau sanggup membantu saya melalui pesugihan uang gaib sebesar 2 milyard dan pada saat itulah saya sangat pusing memikirkan bagaimana cara saya berusaha agar bisa memenuhi persyaratan yg abah sampaikan sedangkan saya tidak punya uang sama sekali. Akhirnya saya keliling mencari pinjaman alhamdulillah ada salah satu teman saya yg mau meminjamkan uangnya akhirnya saya bisa memenuhi
ReplyDeletesyarat yg abah duihantoro sampaikan.. singkat cerita selama 3 hari saya sudah memenuhi syaratnya saya dapat telpon dari abah untuk cek saldo rekening saya,, saya hampir pingsan melihat saldo rekening saya sebesar 2M 150 ribu rupiah. Singkat cerita bagi saudara(i) dimanapun anda berada jika anda menemukan pesan saya ini dan anda sudah berhasil mohon untuk di sebarkan agar saudara(i) kita yg diluar sana yg sedang dalam himpitan hutang atau ekonomi semua bisa bebas.. Jika saudara(i) ingin seperti saya silahkan konsultasi atau hubungi abah duihantoro di 085298463149 / whatsapp +6285298463149 sosok beliau sagat baik dan peramah dan sagat antusias membantu orang susah. Demi allah demi tuhan inilah kisah nyata saya abdul rochman junaidy semoga dengan adanya pesan singkat ini bisa bermanfaat sekian dan terima kasih...